Month: December 2009

SAP Landscape dari IT Point of View

Posted on Updated on

Tadi pagi penasaran browsing browsing di SDN ketemu satu artikel tentang Landscape implementasi SAP Netweaver. Lumayan buat belajar belajar.  hehehe cukup kompleks komprehensif tapi yang baca pasti juga bakal pusing karena bahasannya juga kemana mana, mulai dari strategi SAP netweaver landscape, networking, check available matrix untuk database dan operating system sampai ke virtualisasi hardware.

Sedikit pengantar bagi yang nanti baca mungkin rada gak nyambung dengan dua tulisan sebelum tentang SAP landscape karena artikel ini lebih diarahkan ke sisi IT infrastruktur yang dibutuhkan untuk membuat satu landscape SAP.

sumonggo di unduh saja filenya  IT_Landscape_for_SAP_Implementation

– radityo yudhiarto –

SAP Landscape (II)

Posted on

Melanjutkan postingan sebelumnya. Berikut kami mencoba memberikan sedikit ilustrasi dan dan alasan kenapa SAP merekomendasikan menggunakan 3 layer landscape (Development-QAS-Production).

Alasan utama SAP merekomendasikan ada beberapa layer system landscape adalah terciptanya sebuah environment yang ideal dalam artian tidak saling mengganggu antara proses development by developer team, proses testing by key user dan day to day transaction di production system. Dengan adanya beberapa layer, production system tidak akan terganggu ketika developer melakukan perubahan field table, begitu pula ketika key user posting ribuan line data testing.

Alasan ke dua adalah dengan menggunakan beberapa layer, kita akan semakin aware terhadap perubahan yang akan dilakukan terhadap production system yang sedang berjalan. mekanisme tiga layer landscape memebuat setidaknya dilakukan dua kali testing sebelum satu perubahan diimplementsikan di production system. testing pertama adalah saat perubahan selesai dibuat di development, testing akan dilakukan oleh developer yang melakukan perubahan. sementara testing kedua akan dilakukan di QAS system, dimana disana key user akan melakukan functionlity testing yang menentukan apakah perubahan boleh dibawa ke Production atau tidak.

Dalam ilustrasi ini terlihat ada empat blok sistem. Ada tiga blok yang saling terhubung (berada dalam satu transport layer) dan satu blok terpisah (sebagai sandbox system).  kami coba jabarkan sebagai berikut :

Sandbox System : merupakan “tempat bermain” bagi tim developer. Dalam kondisi ideal seharusnya sandbox direfresh dengan meng-copy dari sistem production secara reguler. Karena kebutuhannya yang kurang terlalu penting pada prakteknya sistem sandbox benar benar menjadi sistem untuk experiment saja, seperti apply support package baru, apply notes, apply kernel, kutak katik program dan coba coba configurasi baru, namanya juga experiment klo ok ya lanjut jadi project baru di sistem development.
Development System : merupakan bagian dasar dari sebuah system landscape SAP. semua perubahan program dan konfigurasi hanya boleh dilakukan di sistem Development ini. Login di sistem ini hanya diperuntukan bagi administrator dan sap developer team. Output dari sistem development adalah perubahan yang sudah di bundle dalam satu change request atau lebih dikenal sebagai transport request.. lha transport request ini lah yang nanti akan dibawa ke QAS dan Production.
QAS System : merupakan system yang dalam kondisi ideal dibuat semirip mungkin dengan kondisi production. Harus mirip karena di QAS system ini akan dilakukan functionality testing oleh user. dengan kondisi yang mirip dengan production maka hasil testing di QAS seharusnya akan sama dengan normal operation di Production. Output dari QAS system tentu saja approval untuk meneruskan perubahan yang telah ditest ke production system
Production System : merupakan puncak dari SAP landscape. Di layer ini user bekerja untuk melaksanakan tugas harian mereka dengan SAP seperti membaca report ataupun posting transaksi. Selalu berada pada awareness yang tertinggi terhadap setiap gangguan yang muncul, sehingga mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa seperti daily backup, tidak boleh sembarang mati, filter terhadapa semya perubahan dll. Hal ini dilakukan karena jika Production System sampai down maka tidak akan ada transaksi yang bisa dijalankan secara otomatis tercatat semua kembali manual process so bisa dibayangkan berapa kerugian yang bisa ditimbulkan karena unplanned shutdown ataupun unplanned error 🙂

Sedikit catatan, sistem QAS dan Production merupakan sistem yang secara default restricted terhadap perubahan manual (user login kemudian change program atau configurasi). Perubahan yang diperbolehkan adalah perubahan melalui change/transport request yang sudah direlease di development system sebelumnya.

Semoga bisa membantu menjelaskan 🙂

– Radityo Yudhiarto –